Apa Itu Alexithymia?
Pernahkah kamu merasa sulit menjelaskan apa yang sedang kamu rasakan? Atau mungkin melihat seseorang yang tampak tidak peka terhadap perasaan orang lain dan cenderung diam saat ditanya tentang emosinya? Jika iya, bisa jadi itu adalah tanda-tanda alexithymia.
Alexithymia berasal dari bahasa Yunani, di mana a berarti “tidak ada”, lexis berarti “kata”, dan thymos berarti “emosi”. Secara harfiah, alexithymia berarti “tidak ada kata untuk emosi”. Ini adalah kondisi psikologis di mana seseorang mengalami kesulitan mengenali, mengartikan, dan mengungkapkan emosinya sendiri.
Namun, bukan berarti orang dengan alexithymia tidak memiliki emosi. Mereka tetap bisa merasa sedih, marah, atau bahagia, tetapi mengalami hambatan dalam memahami dan mengungkapkan perasaan tersebut. Misalnya, mereka bisa merasa cemas tanpa mengetahui penyebabnya atau hanya berkata, “Aku nggak tahu, rasanya aneh saja”.
Bagaimana Alexithymia Mempengaruhi Kehidupan?
Alexithymia bisa berdampak besar pada kehidupan seseorang, terutama dalam hal hubungan sosial dan kesejahteraan emosional. Berikut beberapa pengaruhnya:
1. Kesulitan dalam Hubungan
Individu dengan alexithymia mungkin terlihat dingin atau tidak peduli, padahal mereka sebenarnya peduli tetapi tidak tahu bagaimana mengekspresikannya. Hal ini bisa mempengaruhi hubungan romantis, persahabatan, dan bahkan interaksi di tempat kerja.
2. Dampak pada Kesehatan Mental
Karena tidak bisa memahami emosinya, seseorang dengan alexithymia sering merasa stres atau cemas tanpa bisa mengidentifikasi penyebabnya. Hal ini bisa meningkatkan risiko gangguan kecemasan dan depresi.
3. Gejala Psikosomatis
Emosi yang tidak tersalurkan sering kali muncul dalam bentuk gejala fisik, seperti sakit kepala, nyeri otot, atau gangguan pencernaan. Seseorang mungkin sering pergi ke dokter, tetapi hasil pemeriksaan tidak menunjukkan adanya masalah medis.
Penyebab Alexithymia: Apakah Ini Bawaan atau Terbentuk?
Tidak ada satu penyebab pasti untuk alexithymia. Beberapa faktor yang berkontribusi meliputi:
1. Faktor Biologis
Penelitian menunjukkan bahwa alexithymia berhubungan dengan disfungsi pada bagian otak yang mengelola emosi, seperti amigdala dan korteks prefrontal. Jika area ini tidak bekerja optimal, seseorang akan kesulitan mengenali dan merespons emosinya.
2. Trauma Masa Kecil
Pengalaman traumatis, seperti kehilangan orang tua, pelecehan emosional, atau lingkungan keluarga yang tidak mendukung ekspresi emosi, dapat meningkatkan risiko alexithymia. Anak-anak yang tumbuh dalam lingkungan seperti ini cenderung belajar menekan atau mengabaikan perasaannya.
3. Pola Asuh
Jika seseorang dibesarkan di keluarga yang menganggap ekspresi emosi sebagai kelemahan atau hal yang tidak penting, mereka mungkin tumbuh menjadi individu yang sulit mengenali dan mengungkapkan emosi.
Apakah Alexithymia Bisa Diatasi?
Kabar baiknya, meskipun alexithymia adalah kondisi yang kompleks, ada cara untuk mengatasinya. Salah satunya adalah dengan TRE (Tension & Trauma Releasing Exercises), sebuah teknik self-healing berbasis gerakan sederhana yang dapat membantu tubuh melepaskan ketegangan emosional secara alami.
TRE tidak membutuhkan obat, alat, atau terapi berbicara, sehingga cocok bagi mereka yang kesulitan mengungkapkan emosi. Jika kamu ingin mengetahui lebih lanjut tentang teknik ini, kunjungi website TRE Indonesia.
Kesimpulan
Alexithymia adalah kondisi yang membuat seseorang kesulitan mengenali dan mengekspresikan emosinya. Hal ini dapat berdampak pada hubungan sosial, kesehatan mental, dan bahkan kondisi fisik seseorang. Penyebabnya bisa berasal dari faktor biologis, trauma masa kecil, atau pola asuh.
Meskipun menantang, kondisi ini bisa diatasi dengan teknik self-healing seperti TRE. Jika kamu atau seseorang yang kamu kenal mengalami kesulitan memahami emosinya, jangan ragu untuk mencari solusi. Emosi adalah bagian penting dari diri kita, dan memahami mereka adalah kunci untuk hidup lebih sehat dan bahagia.