Tidak dapat dipungkiri bahwa tekanan dan stres dalam kehidupan sehari-hari dapat memberikan dampak yang signifikan pada tubuh, termasuk memicu berbagai penyakit fisik. Namun, bagaimana sebenarnya stres bisa menyebabkan penyakit fisik? Dan apakah ada cara efektif untuk mengelolanya agar tidak menimbulkan dampak negatif?
Dalam artikel ini, kita akan membahas hubungan antara stres dan penyakit fisik, bagaimana inflamasi berperan dalam proses tersebut, serta solusi efektif untuk meredakan stres agar tidak berkembang menjadi gangguan psikosomatis.
Bagaimana Stres Bisa Menyebabkan Penyakit Fisik?
Sebuah studi yang diterbitkan dalam jurnal Psychological Bulletin (2016) menyimpulkan bahwa “stres kronis secara konsisten dikaitkan dengan peningkatan peradangan dalam tubuh.” Studi ini meneliti lebih dari 30 tahun penelitian dan menemukan bahwa stres berkepanjangan berkontribusi terhadap peradangan yang dapat mengganggu fungsi tubuh.
Saat seseorang mengalami stres, tubuh melepaskan hormon stres seperti kortisol. Jika kadar kortisol tetap tinggi dalam jangka waktu lama, hal ini dapat menyebabkan respons inflamasi tubuh yang menghambat sistem imun dan meningkatkan risiko berbagai penyakit, seperti:
- Penyakit jantung
- Gangguan pencernaan (seperti GERD dan sindrom iritasi usus/IBS)
- Masalah kulit (seperti eksim dan biduran)
- Migrain dan sakit kepala kronis
Apa Itu Inflamasi dan Bagaimana Kaitannya dengan Stres?
Inflamasi adalah respons alami tubuh terhadap cedera atau infeksi. Tujuan utama dari inflamasi adalah melindungi tubuh dari ancaman luar dan mempercepat proses penyembuhan.
Namun, inflamasi yang terjadi dalam jangka panjang atau dikenal sebagai inflamasi kronis justru dapat merusak jaringan sehat dan meningkatkan risiko berbagai penyakit. Ini seperti api yang dalam jumlah kecil berguna, tetapi jika tidak terkontrol bisa menyebabkan kebakaran besar.
Ketika seseorang mengalami stres kronis, tubuh terus-menerus berada dalam kondisi fight or flight, yang memicu pelepasan zat inflamasi dalam jumlah berlebihan. Jika dibiarkan, hal ini bisa menyebabkan berbagai penyakit fisik yang sering dikategorikan sebagai gangguan psikosomatis.
Cara Efektif Meredakan Stres Agar Tidak Menyebabkan Gangguan Psikosomatis
Mengelola stres dengan baik adalah kunci utama untuk mencegah inflamasi kronis dan gangguan psikosomatis. Beberapa cara yang bisa dilakukan antara lain:
- Olahraga teratur: Aktivitas fisik dapat membantu menurunkan kadar kortisol dan meningkatkan produksi endorfin, yang berperan sebagai pereda stres alami.
- Meditasi dan teknik relaksasi: Teknik seperti mindfulness dan pernapasan dalam dapat membantu mengurangi ketegangan tubuh.
- Menjaga pola tidur yang sehat: Kurang tidur dapat meningkatkan kadar stres dan memperparah inflamasi dalam tubuh.
- Menjalin hubungan sosial yang positif: Dukungan sosial yang baik terbukti dapat membantu mengurangi dampak negatif stres.
Selain metode di atas, salah satu teknik self-healing yang terbukti efektif dalam meredakan stres adalah TRE (Tension & Trauma Releasing Exercises). TRE adalah serangkaian latihan sederhana yang merangsang refleks getar alami tubuh, membantu merelaksasi otot-otot yang menegang akibat stres dan trauma.
TRE: Solusi Efektif untuk Stres dan Psikosomatis
Teknik TRE bekerja dengan cara:
- Melepaskan ketegangan otot yang menumpuk akibat stres.
- Mengaktifkan sistem relaksasi alami tubuh.
- Membantu tubuh kembali ke kondisi tenang secara alami tanpa perlu obat-obatan.
TRE aman dilakukan oleh siapa saja dan bisa menjadi solusi alami untuk mengatasi berbagai dampak negatif stres, termasuk gangguan psikosomatis.
Kesimpulan
Stres yang tidak dikelola dengan baik dapat menyebabkan inflamasi kronis, yang berkontribusi pada berbagai penyakit fisik atau psikosomatis. Oleh karena itu, penting untuk menerapkan strategi manajemen stres seperti olahraga, meditasi, dan teknik TRE agar tubuh tetap sehat dan bebas dari dampak negatif stres.
Jika Anda ingin mengetahui lebih lanjut tentang bagaimana TRE dapat membantu Anda mengatasi stres dan gangguan psikosomatis, silakan kunjungi TRE Indonesia atau klik di sini.
Referensi:
- Chrousos, G. P. (2009). Stress and disorders of the stress system. Nature Reviews Endocrinology, 5(7), 374-381.
- Cohen, S., et al. (2012). Chronic stress, glucocorticoid receptor resistance, inflammation, and disease risk. Proceedings of the National Academy of Sciences, 109(16), 5995-5999.
- Pascoe, M. C., et al. (2018). Mindfulness mediates the physiological markers of stress: Systematic review and meta-analysis. Journal of Psychiatric Research, 102, 29-42.
- The American Institute of Stress. (n.d.). Stress effects.
- Mayo Clinic. (2021). Stress symptoms: Effects on your body and behavior.